KIMIA
Senyawa Organik
Ilmu kimia adalah cabang ilmu
pengetahuan yg mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat2 dan perubahan2 dari
materi serta energi yg menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yg cepat dari
ilmu kimia telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia
yg lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia
analisis, biokimia, kimia anorganik, serta kimia organik.
Sejak zaman purba manusia telah
menggunakan zat2 yg diambil atau diisolasi dari organisme
hidup baik tumbuhan maupun hewan. Untuk membuat obat orang merebus daun2,
kulit kayu, atau akar tumbuhan dengan air. Air rebusan ini tanpa difahami oleh
perebusnya, pada hakekatnya mengandung ” zat-zat organik ” atau zat2
yg berasal dari organisme hidup, yg berkhasiat bagi penyembuhan berbagai
penyakit, atau mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh. Rebusan daun
kumis kucing, dikenal untuk obat kencing batu, demikian juga kita mengenal
rebusan2 obat seperti rebusan daun saga, kulit kina, atau jamu
godokan. Karena zat2 di atas berasal dari makhluk hidup maka zat
tersebut disebut senyawa organik. Dengan demikian ilmu kimia yang mempelajari
senyawa itu disebut ilmu kimia organik. sebaliknya senyawa2 yang
bukan berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik.
Dalam tubuh makhluk hidup mempunyai
sifat2 dan struktur yang berbeda dengan yg berasal dari bukan
makhluk hidup. Keyakinan ini mendorong munculnya doktrin “daya hidup” atau “vital
force“, yg merupakan sisa2 dari mistik sebelumnya. Oleh karena
semua senyawa organik yg diketahui pada awal abad ke 19 bersumber dari makhluk
hidup, baik hewan maupun tumbuhan, terdapat perasaan yg kuat bahwa zat2
organik memiliki “daya hidup” yg khusus. Pada masa itu sebagian besar kimiawan
percaya bahwa senyawa2 organik yg memiliki daya hidup tersebut tidak
dapat dibuat atau disintesis dilaboratorium dari zat2 anorganik.
Dari uraian di atas kita dapat mengerti bahwa suatu kepercayaan yg berbau
mistik semacam “vital force” itu dapat menghambat perkembangan ilmu
pengetahuan akan tetapi berkat terusnya dilakukan penelitian yg intensif,
kepercayaan akan vital force akhirnya musnah.
2.
PENGERTIAN SENYAWA ORGANIK.
Istilah senyawa organik seperti yg
dipaparkan di atas muncul dari adanya pandangan yg dianut pada masa lalu, yaitu
bahwa senyawa2 kimia dapat dibedakan menjadi dua golongan besar.
Yaitu senyawa berasal dari makhluk hidup (organisme) maka senyawa tersebut
dikatagorikan sebagai senyawa organik. Sedangkan yang diperoleh dari mineral
(benda mati) dikatagorikan sebagai senyawa anorganik. Dengan dasar pandangan
semacam itu jelaslah bahwa yg diartikan dengan kimia organik pada masa itu
adalah cabang ilmu kimia yg mengkaji senyawa2 yg dihasilkan oleh
makhluk hidup atau organisme.
Pengertian senyawa organik seperti
di atas hanya berlaku sampai pertengahan abad ke 19, karena pandangan yg
dilandasi oleh keyakinan adanya “daya hidup” (vital force atau vis
vitalis) yg memungkinkan terbentuknya senyawa organik ternyata semakin di
ragukan kebenarannya. Dalam sejarah perkembangan kimia organik tecatat suatu
peristiwa penting pada tahun 1828 yg ditandai oleh keberhasilan Wohler dalam
mensintesis urea (senyawa organik) dari amonium sianat (senyawa anorganik).
Pada tahun berikutnya semakin banyak temuan yg membuktikan bahwa pandangan ”
daya hidup ” memang pandangan yg menyesatkan..
Fakta penting menunjukan bahwa di
dalam senyawa organik selalu terdapat unsur karbon (C). Berdasarkan kenyataan
ini, baik untuk senyawa organik yg berasal dari makhluk hidup maupun yg
merupakan hasil sintesis di laboratorium, lebih tepat bila disebut senyawa
karbon. Dengan menggunakan nama senyawa karbon tidak terdapat kesan bahwa
yang dimaksud hanyalah senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh organisme.
Kenyataan menunjukan bahwa sampai saat ini istilah senyawa organik masih tetap
dipertahankan, walaupun dengan pengertian yang berbeda dengan pengertian
semula. Cabang dari ilmu kimia yang mengkaji berbagai asfek dalam senyawa
organik lazim disebut kimia organik.
Dengan dasar pemikiran bahwa
penggunaan istilah senyawa karbon lebih tepat dari pada senyawa organik,
tentunya semua senyawa karbon menjadi sasaran kajian kimia karbon. Namun
demikian sejumlah senyawa seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),
karbon disulfida (CS2), garam-garam karbonat, sianida biasa dibahas
dalam kimia anorganik.
3.
Definisi Senyawa Organik
Dengan demikian yang diartikan
senyawa organik adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon yang
memiliki sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia yang khas. Bahwa senyawa
organik harus dipisah pembahasannya dari senyawa unsur lain semata-mata karena
alasan jumlahnya yang demikian besar.
Kimia Karbon dalam sejarahnya
populer dengan nama Kimia Organik. Ilmu ini pada awalnya didefinisikan sebagai
ilmu kimia yang mempelajari senyawa kimia yang dihasilkan oleh mahluk hidup,
beserta senyawa-senyawa turunannya. Karena itulah, senyawa-senya-wa tersebut
sebelumnya sering disebut sebagai senyawa organik. Dengan berjalannya waktu,
semakin banyak senyawa organik yang dapat disintesis oleh manusia, sehingga me
runtuhkan mitos bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat oleh mahluk hidup.
Penye-butan “senyawa karbon” dihadirkan oleh para ilmuwan untuk menggantikan
istilah “senya-wa organik”. Karena senyawa yang dapat dihasilkan oleh mahluk
hidup amatlah beragam, maka sejak awal ilmuwan yang menggeluti kimia karbon
berusaha menggolongkan senya-wa tersebut secara sistematis, dan merumuskan
tatacara penamaan senyawa yang juga sistematis.
Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa karbon
yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Beberapa contoh
hidrokarbon:
Hidrokarbon jenuh hanya mengandung
ikatan kovalen tunggal. Dengan demikian, semua atom karbon dalam molekulnya
mempunyai hibridisasi sp3. Senyawa ke-1 dan ke-3 di atas termasuk
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan rangkap atau ikatan
ganda tiga di antara atom-atom karbonnya. Atom karbon yang memiliki sebuah
ikatan rangkap dengan tetangganya, mempunyai hibridisasi sp2,
sedangkan atom karbon yang memiliki sebuah ikatan ganda tiga, mempunyai
hibridisasi sp. Senyawa ke-2 dari gambar di atas termasuk hidrokarbon tak
jenuh.
Hidrokarbon aromatik sebetulnya juga
tak jenuh, tetapi kestabilannya jauh lebih tinggi daripada hidrokarbon tak
jenuh, sehingga dimasukkan dalam golongan yang berbeda, yaitu hidrokarbon
aromatik. Senyawa ke-4 (benzena) di atas termasuk dalam hidrokarbon aromatik
Penggolongan
Senyawa Karbon
Senyawa karbon yang hanya mengandung
unsur karbon (C) dan hidrogen (H) dikenal sebagai senyawa hidrokarbon.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, senyawa hidrokarbon dapat
digolongkan menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Selain itu, dikenal juga
hidrokarbon aromatik. Berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon dapat
digolongkan menjadi:
Senyawa karbon alifatik, yaitu yang memiliki rantai karbon
terbuka: lurus ataupun bercabang.
Senyawa karbon alisiklik, yaitu yang memiliki rantai karbon
tertutup atau melingkar.
Senyawa karbon aromatik, yaitu senyawa karbon dengan
rantai karbon tertutup yang memiliki kestabilan lebih dibandingkan senyawa
karbon alisiklik.
Kerangka
Senyawa Karbon
Keragaman senyawa karbon
dimungkinkan oleh kemampuan atom-atom karbon itu untuk saling berikatan
membentuk rantai atom karbon. Berbagai contoh senyawa karbon dengan kerangka
yang berbeda:
Dapat diperhatikan bahwa senyawa
karbon alifatik, ada yang jenuh dan tak jenuh. Demikian juga dengan senyawa
karbon alisiklik. Selain berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon juga
biasa digolongkan berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya. Dalam penggolongan
ini, dikenal golongan-golongan senyawa alkohol, eter, aldehida, keton, asam
karboksilat, ester, amina, dll., di samping alkana, alkena dan alkuna yang
termasuk golongan hidrokarbon.
Kereaktifan senyawa karbon
berbeda-berbeda bergantung pada berbagai hal, an-tara lain jenis gugus
fungsinya, struktur ruangnya, dll. Ada beberapa jenis reaksi kimia kar-bon,
antara lain reaksi substitusi (penggantian), adisi (penambahan), eliminasi
(pengurang-an) dan redoks (reduksi-oksidasi).
4. Karakteristik Senyawa Organik.
Dari hasil pengamatan dapat
diperoleh kesimpulan ada sejumlah sifat yang membedakan antara senyawa organik
dan anorganik, baik yang menyangkut aspek-aspek fisika maupun kimia,
sifat-sifat itulah yang disebut ciri khas senyawa organik.
a. Aspek
fisika
–
rentangan suhu lebur 30-400 OC
–
rentangan titik didih 30-400 OC
–
sukar larut dalam air, mudah larut dalam pelarut organik
–
warna cerah.
b. Aspek
kimia
–
mengandung beberapa macam unsur, umumnya C, H, O, dan N,S,P, halogen, dan
logam.
–
reaksinya berlangsung lambat, non ionik, dan kompleks.
–
mempunyai variasi sifat kimia yang banyak.
–
fenomena isomeri.
5.
Tipe-tipe Reaksi Senyawa Organik
1. Reaksi
substitusi
2. Reaksi adisi
3. Reaksi
Eliminasi
4. Reaksi penataan
ulang ( rearrangement)
5. Reaksi oksidasi
reduksi (redoks).
6.
Klasifikasi senyawa Organik.
Mengingat jumlah senyawa organik
dari yang telah diidentifikasi sedemikian besar-nya, bahkan dari waktu ke wakrtu
senantiasa bertambah, maka untuk mempermudah da-lam mempelajarinya perlu adanya
klasifikasi. Langkah klasifikasi ini dimungkinkan kare-na kenyataan menunjukkan
bahwa terdapat sejumlah senyawa organik yang memperlihat-kan kesamaan dalam hal
tertentu. Kesamaan itulah yang memungkinkan senyawa-senyawa tersebut dimasukkan
dalam satu kelompok / golongan.
a.
Dasar klasifikasi senyawa organik
1. Kerangka atom
karbon yang terdapat dalam struktur kimia
2. Jenis
unsur-unsur penyusunnya.
3. Gugus fungsi yang
dimilikinya.
b. Tiga
golongan besar senyawa organik
1. Golongan
senyawa alifatik dan alisiklik.
2. Golongan
senyawa homosiklik atau karbosiklik (alisiklik dan aromatik)
3. Golongan
senyawa heterosiklik.
7.
Keterkaitan Struktur Kimia dan Sifat-sifat Senyawa Organik.
Untuk memahami keterkaitan antara
struktur kimia dan sifat-sifat senyawa organik terlebih dahulu perlu diketahui
bahwa dalam pembahasan berikut ini hanya dibatasi pada sifat-sifat fisika, karena
untuk membahas sifat-sifat kimia senyawa organik, cara yang ditempuh adalah
melalui reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa tersebut. Dan sifat
fisika tersebut adalah.
a. Momen dipol.
b. Titik lebur
c. Titik didih.
d. Kelarutan
e. Viskositas.
8. Gugus
Fungsi
Yang dimaksud dengan gugus fungsi
adalah atom atau kumpulan atom yang menandai suatu golongan senyawa organik,
dan juga menentukan sifat-sifat golongan senyawa organik yang disebutkan dalam
pengertian gugus fungsi tersebut hanya dibatasi pada sifat-sifat kimia, maka
fungsinya sebagai penentu terlihat pada reaksi-reaksinya. Dengan demikian bila
gugus fungsi sejumlah senyawa sama, dapat diduga bahwa reaksi-reaksinya banyak
kesamaannya.
Gugus-gugus
fungsi yang umum
1. Gugus OH (
hidroksil) , gugus ini terdapat pada alkohol dan fenol
2. Gugus C = O (
karbonil), terdapat pada golongan aldehida dan keton.
3. Gugus:
COOH (Karboksil), gugus merupakan kombinasi antara gugus –C=O (karbonil) dan
gugus –OH (hidroksil). Dari kombinasi nama kedua gugus itu pulahlah diperoleh
nama karboksil. Gugus karboksil adalah gugus fungsi pada golongan asam
karboksilat.
4. Gugus -NH2
( amino ), terdapat pada senyawa amina primer dan asam amino.
5. Gugus -OR
( alkoksi ), gugus alkoksi terdapat pada golongan eter.
6. Gugus -NHR
dan -NR1R2, kedua gugus ini merupakan turunan dari
gugus -NH2, dan terdapat pada amina primer dan amina sekunder.
7. Gugus-gugus turunan
dari -COOH (karboksilat )
6 PRINSIP PENGOBATAN
· 2. PRINSIP PENGOBATAN • PENGOBATAN DILAKUKAN STLH
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGEND. PENYAKIT TELAH TERLAKSANA BAIK • PERTIMBANGAN : -
DIAGNOSA DITEGAKKAN DG TEPAT - OBAT DIBERIKAN SESUAI DG AGEN PENYAKIT - DOSIS,
CARA DAN FREKUENSI PEMBERIAN SESUAI ATURAN - KONTROL RESPON TERNAK THD OBAT -
DILAKUKAN HANYA APABILA MENGUNTUNGKAN. - MENGETAHUI DAN MEMATUHI WITHDRAWL TIME
UNT HINDARI RESIDU
· 3. OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap
molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH
Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Interaksi dg reseptor (3) Respon farmakologis
Ekskresi (5) Dengan/tanpa metabolisme (4)
· 4. NASIB OBAT DALAM TUBUH (ABSORBSI) Absorbsi
Metabolisme & ekskresi : FARMAKOKINETIK Metabolisme & Ekskresi :
ELIMINASI 1. ABSORBSI OBAT Faktor-faktor yang mempengaruhi : a. KELARUTAN OBAT
b. KEMAMPUAN OBAT BERDIFUSI MELALUI MEMBRAN SEL c. KADAR YANG DIBERIKAN d. LUAS
PERMUKAAN KONTAK OBAT e. BENTUK SEDIAAN OBAT f. ROUTE PEMBERIAN OBAT
· 5. NASIB OBAT DALAM TUBUH (METABOLISME) 2.
METABOLISME (BIOTRANSFORMASI) • PERUBAHAN STRUKTUR KIMIA OBAT DALAM TUBUH ,
OLEH ENZIM (HATI, GINJAL, PARU-PARU, EPITEL SALURAN PENCERNAAN) • TUJUAN :
METABOLIT LEBIH POLAR ELIMINASI LEBIH CEPAT • OBAT POLAR FILTRASI (GLOMERULUS
GINJAL) : tanpa reabsorbsi ekskresi cepat • OBAT LARUT LEMAK MELEWATI MEMBRAN
SEL : MUDAH DIREABSORBSI OLEH TUBULI GINJAL KEMBALI KE SIRKULASI DARAH
· 6. NASIB OBAT DALAM TUBUH (EKSKRESI) 3. EKSKRESI
• OBAT POLAR, DIEKSKRESI MELALUI ORGAN EKSKRESI DALAM BENTUK UTUH • OBAT NON
POLAR, DIMETABOLISME LEBIH DAHULU UNTUK MEMUDAHKAN EKSKRESI. ORGAN EKSKRESI
UTAMA : GINJAL FUNGSI GINJAL : • FILTRASI • SEKRESI AKTIF • REABSORBSI EKSKRESI
OBAT LEWAT : FESES, URIN, KERINGAT, AIR LIUR, AIR SUSU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar